rss

history hollic club

About Me

Foto saya
Menyelesaikan pendidikannya di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Malang. Saat ini mengajar di SMPK Kolese Santo Yusup 1 Malang sebagai guru sejarah. Di samping mengajar juga aktif dalam kegiatan photograpy.

Minggu, 25 Oktober 2009

KERAJAAN MATARAM KUNO

Kerajaan Mataram Kuno (abad ke-8) adalah kerajaan Hindu di Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur). Berdasarkan catatan yang terdapat pada prasassti yang ditemukan, Kerajaan Mataram Kuno bermula sejak pemerintahan Raja Sanjaya yang bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Ia memerintah Kerajaan Mataram Kuno hingga 732M.


Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berdiri sejak awal abad ke-8. Pada awal berdirinya, kerjaan ini berpusat di Jawa Tengah. Akan tetapi, pada abad ke-10 pusat Kerajaan Mataram Kuno pindah ke Jawa Timur. Kerajaan Mataram Kuno mempunyai dua latar belakang keagamaan yang berbedaa, yakni agama Hindu dan Buddha.



Atas : Komplek Candi Dieng di Wonosobo, Jawa Tengah, merupakan peninggalan candi Hindu pada masa Kerajaan Mataram Kuno.


Peninggalan bangunan suci dari keduanya antara lain ialah Candi Geding Songo, kompleks Candi Dieng, dan kompleks Candi Prambanan yang berlatar belakang Hindu. Adapun yang berlatar belakang agama Buddha antara lain ialah Candi Kalasan, Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Sewu, dan Candi Plaosan.



Kerajaan Mataram di Jawa Tengah



Kerajaan Mataram Kuno yang berpusat di Jawa Tengah terdiri dari dua wangsa (keluarga), yaitu wangsa Sanjaya dan Sailendraa. Pendiri wangsa Sanjaya adalah Raja Sanjaya. Ia menggantikan raja sebelumnya, yakni Raja Sanna. Konon, Raja Sanjaya telah menyelamatkan Kerajaan Mataram Kuno dari kehancuran setelah Raja Sanna wafat.



Setelah Raha Sanjaya wafat, kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno dipegang oleh Dapunta Sailendra, pendiri wangsa Sailendra. Para raja keturunan wangsa Sanjaya seperti Sri Maharaja Rakai Panangkaran, Sri Maharaja Rakai Panunggalan, Sri Maharaja Rakai Warak, dan Sri Maharaja Rakai Garung merupakan raja bawahan dari wangsa Sailendra. Oleh Karena adanya perlawanan yang dilakukan oleh keturunan Raja Sanjaya, Samaratungga (raja wangsa Sailendra) menyerahkan anak perempuannya, Pramodawarddhani, untuk dikawinkan dengan anak Rakai Patapan, yaitu Rakai Pikatan (wangsa Sanjaya).




Atas: Candi Plaosan di Klaten, Jawa Tengah, salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang berlatar agama Buddha.




Rakai Pikatan kemudian menduduki takhta Kerajaan Mataram Kuno. Melihat keadaan ini, adik Pramodawarddhani, yaitu Balaputeradewa, mengadakan perlawanan namun kalah dalam peperangan. Balaputeradewa kemudian melarikan diri ke P. SUmatra dan menjadi raja Sriwijaya.

Pada masa Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Dharmodaya Mahasambu berkuasa, terjadi perebutan kekuasaan di antara para pangeran Kerajaan Mataram Kuno. Ketika Sri Maharaja Rakai Sumba Dyah Wawa berkuasa, kerajaan ini berakhir dengan tiba-tiba. Diduga kehancuran kerajaan ini akibat bencana alam karena letusan G. Merapi, Magelang, Jawa Tengah.



Kerajaan Mataram di Jawa Timur



Setelah terjadinya bencana alam yang dianggap sebagai peristiwa pralaya, maka sesuai dengan landasan kosmologis harus dibangun kerajaan baru dengan wangsa yang baru pula. Pada abad ke-10, cucu Sri Maharaja Daksa, Mpu Sindok, membangun kembali kerajaan ini di Watugaluh (wilayah antara G. Semeru dan G. Wilis), Jawa Timur. Mpu Sindok naik takhta kerajaan pada 929 dan berkuasa hingga 948. Kerajaan yang didirikan Mpu SIndok ini tetap bernama Mataram. Dengan demikian Mpu Sindok dianggap sebagai cikal bakal wangsa baru, yaitu wangsa Isana. Perpindahan kerajaan ke Jawa Timur tidak disertai dengan penaklukan karena sejak masa Dyah Balitung, kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno telah meluass hingga ke Jawa Timur. Setelah masa pemerintahan Mpu Sindok terdapat masa gelap sampai masa pemerintahan Dharmawangsa Airlangga (1020). Sampai pada masa ini Kerajaan Mataram Kuno masih menjadi saatu kerajaan yang utuh. Akan tetapi, untuk menghindari perang saudara, Airlangga membagi kerajaan menjadi dua, yaitu Kerajaan Pangjalu dan Janggala.

Atas : Arca Raja Airlangga, raja terakhir Kerajaan Mataram Kuno Jawa Timur, di Candi Belahan. Arca ini kini disimpan di Museum Trowulan.

TAHUKAH KAMU


Bencana alam karena letusan G. Merapi yang mengakibatkan berakhirnya Kerajaan Mataram Kuno dianggap sebagai paralaya atau kehancuran dunia.

Kamis, 15 Oktober 2009

PEMBATAS BUKU HISTORYHOLLIC 3

down load here

PEMBATAS BUKU HISTORYHOLLIC 2

down load here

PEMBATAS BUKU HISTORYHOLLIC 1

DOWN LOAD HERE

Ditemukan, Fondasi Peninggalan Kerajaan Kanjuruhan di Malang

Kamis, 15 Oktober 2009

17:40 WIB

Laporan wartawan KOMPAS Dahlia Irawati
MALANG, KOMPAS.com — Struktur fondasi bangunan terbuat dari bata kuno dan serpihan gerabah ditemukan oleh pengembang perumahan baru di Jalan Tata Surya Dinoyo, Kota Malang. Hasil penelitian sementara, gerabah dan struktur bata kuno tersebut diduga sebagai peninggalan Kerajaan Kanjuruhan.

Temuan tersebut sudah terjadi sejak tiga bulan lalu saat pengembang perumahan Planet Regency tersebut mulai membuka lahan di 30 meter tepi selatan Sungai Brantas. Bata-bata kuno berukuran 22 x 12 x 9 cm ditemukan masih tersusun atau intake membentuk semacam fondasi. Di bawahnya juga terdapat bebatuan yang tersusun rapi layaknya sebuah penguat fondasi bangunan.
"Sementara ini dari hasil penelitian awal, ditemukan serpihan gerabah dan bata-bata kuno. Dari susunan bata yang masih intake ini, dimungkinkan, struktur ini adalah fondasi bangunan elite era Kerajaan Kanjuruhan. Sebab, pada zaman itu rumah orang biasa biasanya tidak memakai lantai," ujar arkeolog Universitas Negeri Malang (UM), Dwi Cahyono, Kamis (15/10), saat meninjau lokasi temuan.

Dugaan struktur bangunan tersebut merupakan bagian dari permukiman elite era Kerajaan Kanjuruhan sebab, dari sejarahnya, daerah Dinoyo dan Tlogomas (dua daerah ini berbatasan) merupakan permukiman masa prasejarah (sebelum Masehi).

Sesuai prasasti Kanjuruhan atau Prasasti Dinoyo 1 yang ditemukan di daerah Karangbesuki Kota Malang (sekitar Candi Badut), menurut Cahyono, disebutkan bahwa abad ke-8 Masehi di tepi Sungai Metro berdiri Kerajaan Kanjuruhan. Namun kemudian, pada abad ke-9, seusai ekspansi Mataram Kuno (dari Jawa Tengah) ke Jawa Timur, ada dugaan bahwa pusat Kanjuruhan ini pun bergeser ke utara ke arah Dinoyo dan Tlogomas, mendekati Sungai Brantas. Kanjuruhan saat itu sudah berubah menjadi kerajaan bawahan Mataram.

"Sejarah itu menjelaskan mengenai peran penting Dinoyo dan Tlogomas. Ditambah lagi, pada tahun 1980-an di sekitar STAIN Dinoyo ditemukan prasasti Dinoyo II, ditemukan umpak-umpak besar yang kini masih ada di Universitas Gajayana. Di sebelah kanan pom bensin Dinoyo juga ditemukan arung (saluran drainase) dan sebagainya. Ini menjelaskan bahwa peran daerah Tlogomas-Dinoyo cukup penting dalam sejarahnya," ujar Cahyono.

Dengan temuan tersebut, Cahyono berharap, pemerintah daerah minimal responsif untuk setidaknya meneliti (sendiri atau melibatkan BP3 Trowulan) struktur bersejarah tersebut.

Minggu, 06 September 2009

Sepenggal Pesan Harta Karun Perairan Indonesia

Jumat, 4 September 2009 | 09:59 WIB
KOMPAS.com - Pada tahun 1986, dunia digemparkan dengan peristiwa penemuan 100 batang emas dan 20.000 keramik Dinasti Ming dan Ching dari kapal VOC Geldennalsen yang karam di perairan Kepulauan Riau pada Januari 1751. Penemu harta karun itu adalah Michael Hatcher, warga Australia, yang menyebut dirinya sebagai arkeolog maritim yang doyan bisnis.
Percetakan Inggris, Hamish Hamilton Ltd, memublikasikan kisah petualangan dan temuan Hatcher itu dalam The Nanking Cargo (1987). Nanking Cargo merupakan sebutan kargo kapal VOC Geldennalsen yang berisi barang-barang berharga hasil transaksi perdagangan VOC di Nanking, China.
Yang paling terkejut dengan temuan Hatcher itu adalah Pemerintah Indonesia. Bagaimana tidak, barang-barang yang dilelang Hatcher di balai lelang Belanda, Christie, senilai 15 juta dollar AS itu ditemukan di perairan Kepulauan Riau.
”Waktu itu, Pemerintah Indonesia merasa kecolongan lantaran Hatcher mengambil harta karun secara ilegal atau tidak seizin pemerintah,” kata Kepala Subpengendalian dan Pemanfaatan Direktorat Peninggalan Bawah Air Departemen Kebudayaan dan Pariwisata R Widiati di Rembang, Jawa Tengah, Selasa (18/8).
Bukan itu saja, pada 1999 di Batu Hitam, Bangka Belitung, sebuah perusahaan asing mengambil ratusan batangan emas dan 60.000 porselen China Dinasti Tang yang dilelang senilai 40 juta dollar AS. Setahun kemudian, perusahaan asing yang diduga di bawah kendali Hatcher mengangkut dan melelang 250.000 keramik China dari Selat Gelasa, Bangka Belitung, ke Nagel, balai lelang Jerman.
”Kami tidak mengetahui nilai lelang itu, tetapi kami sempat meminta dan mendapatkan 1.500 keramik untuk disimpan di Indonesia sebagai salah satu bentuk pelestarian peninggalan bawah air,” kata Widiati.
Peninggalan bawah air
Indonesia merupakan negara maritim yang mempunyai kekayaan bawah air. Salah satunya adalah benda-benda berupa keramik, emas batangan, uang logam, guci, gerabah, piring, gelas, mangkuk, dan patung yang ditemukan dari sisa kapal karam.
National Geographic (2001) menyebutkan tentang 7 kapal kuno tenggelam di perairan Indonesia bagian barat, terutama Selat Malaka, pada abad XVII-XX. Kapal-kapal itu adalah Diana (Inggris), Tek Sing dan Turiang (China), Nassau dan Geldennalsen (Belanda), Don Duarte de Guerra (Portugis), serta Ashigara (Jepang).
Hal itu belum termasuk kapal-kapal dagang abad III-XV yang didominasi saudagar China yang singgah atau berdagang di sejumlah pelabuhan pada zaman kerajaan di Nusantara. Misalnya, pendeta China, Yijing, mencatat kunjungannya ke Pelabuhan Sriwijaya pada abad VII untuk belajar bahasa Sanskerta.
”Dalam perjalanan, kapal-kapal itu ada yang karam dan tenggelam. Penyebabnya adalah badai di laut, serangan bajak laut, tabrakan dengan kapal lain, dan perang,” kata Widiati.
Direktorat Peninggalan Bawah Air Departemen Kebudayaan dan Pariwisata mencatat, di Indonesia ada enam daerah penemuan benda peninggalan bawah air, yaitu Kepulauan Riau, Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Bangka Belitung, Cirebon (pantai utara Jawa Barat), Kalimantan Barat, dan Rembang (pantai utara Jawa Tengah).
Misalnya, pada tahun 1989, di Pulau Buaya, Kepulauan Riau, PT Muara Wisesa Samudera atas izin Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal yang Tenggelam (Panitia Nasional BMKT) mengangkat 30.000 keramik utuh dan barang-barang dari logam, kayu, dan kaca. Barang-barang yang berasal dari Dinasti Song (abad X-XIII) itu berbentuk mangkuk, piring, buli-buli, tempayan, cepuk, dadu botol, vas, dan kendi.
Tahun 2005, PT Adikencana Salvage atas seizin Panitia Nasional BMKT mengangkat 25.000 keramik China dan 15.000 porselen zaman Dinasti Ching di Karang Heluputan dan Teluk Sumpat, Kepulauan Riau. Perusahaan itu juga menemukan koin, peralatan timbang logam, dan tungku China.
Benda-benda serupa juga ditemukan di perairan Kepulauan Seribu, Bangka Belitung, Cirebon, dan Kalimantan Barat. Khusus di Kepulauan Seribu, PT Sulung Segarajaya dan Seabed Explorations, perusahaan Jerman, menemukan 11.000 benda yang terbuat dari aneka logam, seperti emas, perak, perunggu, dan timah.
Menurut Widiati, temuan- temuan itu berasal dari abad X. Dari identifikasi sebagian badan kapal, kapal itu buatan Indonesia yang berlayar dari ibu kota Sriwijaya, Palembang, menuju Jawa Tengah atau Jawa Timur.
”Para pemburu harta karun itu dapat menemukan lokasi kapal karam berdasarkan catatan perjalanan kapal-kapal tersebut yang tersimpan di berbagai museum atau pembuktian atas laporan dan cerita dari mulut ke mulut warga pesisir di lokasi terdekat,” katanya.
Pada medio 2008 di Rembang, tepatnya di Desa Punjulharjo, Kecamatan Rembang, sejumlah warga pesisir menemukan perahu kuno relatif utuh di tambak yang berjarak sekitar 1 kilometer dari pantai. Perahu itu berlebar 4 meter dan panjang 15,60 meter
Profesor Pierre-Yves Manguin, arkeolog maritim asal Perancis, yang diundang Balai Arkeologi Yogyakarta untuk meneliti perahu, menyatakan, perahu itu berasal dari zaman peralihan Kerajaan Mataram Kuno ke Sriwijaya, 670-780 Masehi. Hal itu dapat diketahui dari teknologi pembuatan perahu, yaitu menggunakan tambuktu atau balok tempat pasak yang diperkuat dengan ikatan tali ijuk.
Di perahu itu ditemukan pula benda-benda lain, seperti tempurung kelapa, potongan tongkat, dan kepala arca perempuan China berdandan Jawa. Diduga perahu itu merupakan perahu dagang antarpulau.
Saat ini, perahu itu dalam penanganan Balai Konservasi Peninggalan Borobudur. Balai tersebut telah mengambil sejumlah contoh berupa kayu perahu, tanah, dan air di sekitar perahu untuk menentukan metode konservasi yang tepat.
Bukti sejarah
Direktorat Peninggalan Bawah Air dan Panitia Nasional BMKT tidak ingin lagi kehilangan harta karun bawah air. Untuk itu, mereka berupaya menyosialisasikan perlindungan temuan bawah air kepada pemerintah daerah dan masyarakat pesisir.
Widiati mengatakan, benda-benda peninggalan bawah air tidak sekadar mempunyai nilai ekonomis, melainkan juga nilai edukatif dan pelestarian. Artinya, kalau benda-benda itu dilarikan ke negara-negara lain, Indonesia tidak lagi memiliki peninggalan bersejarah yang dapat dinikmati dan dipelajari generasi mendatang.
Meskipun benda itu diam, mereka dapat memberikan informasi tentang sejarah perdagangan antarnegara melalui laut, teknologi pembuatan benda, budaya, dan kemajuan suatu negara atau kerajaan. Benda-benda tersebut sekaligus menjadi bukti nyata pelayaran yang pernah dilakukan beberapa bangsa.
”Benda-benda peninggalan bawah air itu termasuk benda cagar budaya yang dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya,” kata Widiati.
Adapun bagi Manguin yang menekuni temuan perahu atau kapal, alat transportasi laut itu merupakan gambaran sebuah bangsa melepas belenggu isolasi samudra, membuka komunikasi, dan berinteraksi dengan bangsa lain. Mereka bertukar pengetahuan, barang, budaya, dan pangan.
Melalui perahu dan kapal, sebuah bangsa membangun politik dan ekonomi maritim. Mereka mengembangkan kekuasaan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perdagangan dan aneka hasil laut.
”Dari temuan-temuan yang mengisahkan sejarah dan budaya bangsa-bangsa pelaut, Pemerintah Indonesia seharusnya belajar arti penting laut bagi perkembangan sebuah bangsa, bukan malah menganaktirikan laut,” kata Manguin. (HENDRIYO WIDI)

Pura Gunung Kawi, Berdiri di Antara Situs Purbakala

Senin, 7 September 2009 | 09:31 WIB
KOMPAS.com — Sisi yang menarik dari pura ini adalah terdapatnya bangunan bekas peninggalan raja-raja ash Bali kuno, termasuk candi yang dipahat langsung di tebing, di sekitar pura. Pahatan dan bangunan-bangunan itu kini ditetapkan sebagai situs purbakala yang harus dilestarikan.

Ketika ke Bali, apa yang Anda lakukan selama berlibur di sana? Menghabiskan waktu bermain di pantai, membeli lukisan dan barang seni di daerah Ubud, atau mengunjungi tempat-tempat yang memiliki bangunan berarsitektur Bali? Dari sekian agenda yang ada, seberapa tertarikkah Anda untuk mengunjungi tempat-tempat yang memiliki bangunan berarsitektur Bali? Sepuluh orang yang ditanya mengenai hal ini menjawab bahwa kadar ketertarikan terhadap tempat seperti ini cukup tinggi.

Bentuk bangunan arsitektur Bali tidak hanya terbatas pada bangunan komersial atau hunian. Pura sebagai bangunan peribadahan merupakan bentuk bangunan yang bisa menjadi daya tarik wisatawan yang datang ke Bali.

Keberadaan pura di Bali memang jamak. Meskipun wisatawan tak bisa masuk ke dalam pura, memandang keelokan bentuk pura dari luar sudah cukup memikat wisatawan. Dari sekian pura yang ada di Bali, Pura Gunung Kawi adalah salah satu pura yang patut Anda kunjungi. Banyak alasan mengapa pura yang lokasinya berada di wilayah Banjar (Dusun) Penaka, Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali, harus Anda datangi.

Setidaknya ada dua alasan yang bisa memicu Anda untuk datang ke tempat ini. Pertama karena letaknya berada di lembah bukit, dan kedua karena letaknya dikelilingi oleh candi yang dipahat langsung di dinding.

Menuruni sekitar 320 anak tangga
Memasuki kawasan Pura Gunung Kawi harus menyiapkan tenaga ekstra. Pura ini hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki dengan jarak yang relatif jauh dari parkiran mobil. Dari pintu gerbang, tempat pengunjung harus membeli karcis masuk seharga Rp 6.000, kita harus menuruni sekitar 320 anak tangga. Ini tak lain karena letak pura terdapat di dasar lembah.

Perjalanan menuruni sekitar 320 anak tangga ini tak terasa melelahkan karena di sekeliling tangga Anda bisa melihat hamparan hijaunya sawah yang bentuk lahannya bertingkat. Selain itu, jika lelah, Anda bisa beristirahat di warung-warung yang ada di sebelah anak tangga.

Sesampainya di dasar lembah, Anda akan memasuki lorong panjang yang konon dibuat dengan cara membelah batu besar. Lorong ini adalah pintu masuk menuju kawasan Pura Gunung Kawi.

Kawasan yang ditemukan sekitar awal tahun 1910 ini terpisah menjadi dua bagian oleh Sungai/Tukad Pakerisan, bagian di sebelah barat dan bagian di sebelah timur Sungai Pakerisan. Di kedua bagian ini, Anda bisa melihat candi yang melekat langsung di dinding tebing. Candi yang dipahat langsung di dinding tebing inilah yang menjadi daya tarik mengapa Anda harus datang ke tempat ini.

Empat gugusan
Pahatan candi yang ada di dinding tebing batu ini memiliki beberapa makna dan fungsi, baik yang berada di sisi barat, maupun timur Sungai Pakerisan. Menurut beberapa sumber literatur, adanya pahatan ini mengilhami penamaan kawasan ini. Ada yang menyebutkan bahwa kata ukiran dalam bahasa Jawa Kuno adalah Kawi. Karena adanya candi yang diukir di dinding tebing dan berada di pegunungan, maka pura yang ada di kawasan ini disebut Pura Gunung Kawi.

Secara keseluruhan, pahatan candi di dinding tebing yang ada di kawasan Pura Gunung Kawi ini terbagi menjadi empat gugusan. Gugusan pertama terdiri dari 5 candi yang dipahat berderet dari arah utara ke selatan pada tebing yang ada di sisi timur sungai.

Pada pahatan candi yang ada di sisi paling utara terdapat tulisan "Haji Lumah Ing Jalu". Dari tulisan ini, ada yang menyebutkan bahwa candi di sisi paling utara ini digunakan untuk istana pemujaan roh suci Raja Udayana. Sementara itu, candi di sebelahnya adalah istana untuk permaisurinya dan anak-anak Raja Udayana, Marakata dan Anak Wungsu.

Gugusan kedua terdiri dari empat candi yang dipahat berderet dari arah utara ke selatan pada tebing yang ada di sisi barat sungai. Dr R Goris, arkeolog dari Belanda, dalam beberapa literaturya menyebutkan bahwa keempat deretan candi ini berfungsi sebagai kuil (padharman) bagi keempat permaisuri raja.

Gugusan ketiga adalah bangunan biara dan ceruk (rongga besar) yang dipahatkan pada tebing yang terletak di sebelah selatan gugusan pertama. Adapun gugusan keempat merupakan sebuah candi dan ceruk yang digunakan sebagai tempat pertapaan. Letaknya berada sekitar 220 meter dari gugusan kedua.

Lantas, di mana letak puranya? Pura ini sendiri letaknya berada di samping gugusan candi pertama. Di dalamnya terdapat bangunan-bangunan pelengkap pura, seperti pelinggih dan bale perantenan.

Pura Gunung Kawi biasa digunakan pada saat upacara Piodalan. Upacara yang dilakukan setiap bulan purnama tiba ini adalah upacara pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan segala manifestasinya melalui sarana pemerajan, pura, dan kahyangan.

Diukir dengan kuku jari
Jika ditilik ke masa lalu, keberadaan pura ini tidak terlepas dari gugusan-gugusan pahatan yang ada. Tulisan-tulisan yang ada di setiap pahatan yang berfungsi sebagai data arkeologi menunjukkan bahwa Pura Gunung Kawi dibuat pada abad ke-11.

Hal ini terlihat dari tulisan "Haji Lumah Ing Jalu". Bentuk tulisan ini adalah bentuk tulisan kadiri kuadrat yang lazim digunakan di kerajaan yang ada di Jawa Timur pada abad ke-11.

Pada masa itu, pemerintahan yang sedang berkuasa adalah Raja Marakatapangkaja. Oleh karena itu, banyak pihak yang mengatakan bahwa kompleks Aura Gunung Kawi ini dibangun oleh Raja Marakatapangkaja dan diselesaikan oleh Raja Anak Wungsu.

Salah satu bukti bahwa Raja Anak Wungsu yang menyelesaikan pembangunan ini adalah adanya makam abu Raja Anak Wungsu. Selain itu, di sini juga terdapat makam Raja Udayana, raja dari dinasti Warmadewa yang memimpin kerajaan terbesar di Bali.

Makam abu kedua raja ini berada di balik pahatan candi dinding. Dengan adanya makam ini, tak heran bila kompleks pura ini disebut sebagai makam Dinasti Warmadewa.

Beberapa sumber literatur dan warga di sekitar Pura Gunung Kawi menyebutkan bahwa pahatan candi di tebing dibuat oleh Kebo Iwa, tokoh legenda rakyat Bali yang memiliki kekuatan besar. Ia membuat pahatan candi di tebing batu ini menggunakan kuku tangannya.

Keelokan pahatan dinding dan pura yang ada di sini menawan dilihat dan harus dijaga keberadaannya. Oleh karena itu, Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali menetapkan bahwa kawasan ini adalah aset purbakala yang harus selalu dilestarikan. (Tabloid Rumah/Al Anindito Pratomo)

Jumat, 04 September 2009

Berburu Kapal VOC di Dasar Sungai Musi

Sabtu, 5 September 2009 | 07:01 WIB
PALEMBANG, KOMPAS.com — Para penyelam tradisional semakin semangat mencari harta karun di Sungai Musi. Setelah dihebohkan isu penemuan arca seharga Rp 3 miliar, kini giliran mereka memburu kapal dagang VOC (Vereenigde Oost indische Compagnie) Belanda yang karam di Sungai Musi sekitar abad ke 17 dan 18. Keberadaan kapal tersebut diungkap peneliti dari Balai Arkeologi Palembang, Aryandini Novita, dalam pertemuan di Pos Polair 30 Ilir, Rabu (2/9) siang. Ia mengatakan, belum lama ini memperoleh data semua kapal milik VOC yang tenggelam di wilayah Asia, termasuk Palembang. “Lokasinya tidak dijelaskan secara pasti, tapi disebutkan tenggelam di Sungai Musi,” kata Novita.

Informasi ini menarik perhatian kelompok penyelam. Mereka langsung menghubungkannya dengan sejumlah benda yang pernah diangkat dari dasar Musi. Yanto (48), salah seorang pimpinan kelompok penyelam, mengaku pernah menemukan lempengan kuning berbentuk bundar dengan tulisan timbul ‘Arona Pajero’. Ia menduga benda yang diperoleh di kawasan 30 Ilir itu bagian dari kapal VOC yang dimaksud. Para penyelam mengungkap penemuan bola meriam warna hitam dan berkarat dan sejumlah benda yang juga diduga bagian kapal VOC, seperti plat kuningan mirip plat motor dan koin uang Belanda bergambar Ratu Wilhelmina. “Lempengan itu saya jual Rp 20 ribu per kilo. Kalau tahu itu barang antik, harganya bisa lebih mahal. Kalau begitu, kita cari saja kapal itu,” kata Yanto.

Hakim (47), penyelam lain juga tertarik. Ia mengatakan, selama ini benda-benda serupa itu dijual per Kg dalam kelompok kuningan. Dikonfirmasi penemuan-penemuan itu melalui telepon semalam, Novita mengatakan, ada kemungkinan benda itu bagian kapal VOC yang dimaksud. Namun, kepastiannya harus melalui penelitian ilmiah. Selidiki Arca Pertemuan siang kemarin membahas isu kelompok penyelam menemukan benda cagar budaya (BCG) berupa arca yang dijual seharga Rp 3 miliar. Sekitar 15 kelompok penyelam hadir berdialog dengan polisi dan peneliti Balar Palembang, Novita dan Budi Wiyana. Pasi Idik Dit Polair Polda Sumsel, Ipda Salupen mengatakan, pertemuan itu digelar atas perintah Kapolda Sumsel, Irjen Pol Sisno Adiwinoto. Salupen didampingi Kepala Pos Polair 30 Ilir, Bripka Aang Fantoni SH. “Kita lakukan sosialisasi tentang benda cagar budaya agar mereka paham. Setelah ini, jangan salahkan polisi kalau ada tindakan refresif atas pelanggaran,” tegasnya. Tak kurang 46 kelompok penyelam berperahu mencari harta karun di Sungai Musi sejak pukul 09.00 sampai pukul 17.00 setiap hari. Aktivitas ini dipicu kabar ada kelompok penyelam yang menemukan arca dan menjualnya seharga Rp 3 miliar belum lama ini.

Tiap kelompok beranggotakan antara empat sampai tujuh orang. Mereka datang dari Sungai Batang dan sebagian besar warga Tanggabuntung. Dibeli Negara Polisi mendata identitas kelompok penyelam untuk mencegah masuknya penyelam liar. Pertemuan menyepakati penyelam tradisional boleh melakukan pencarian benda berharga di Sungai Musi. Konsekuensinya, jika ada penemuan yang diduga BCG harus melapor ke Balar Palembang atau melalui petugas di Pos Polair 30 Ilir untuk diteliti. “Jika benar BCG, nanti akan dibeli negara sesuai nilai barang tersebut,” kata Ipda Salupen. “Jadi kita sepakat jalin kerjasama. Tidak hanya ini saja, kalau ada kejadian apa pun lapor,” lanjutnya. (ahf) SMB II Lawan Belanda VOC singkatan Vereenigde Oost indische Compagnie, merupakan Perserikatan Perusahaan Hindia Timur yang berdiri 20 Maret 1602. VOC adalah perusahaan Belanda yang memonopoli aktivitas perdagangan di Asia abad ke 17 sampai 18. Meskipun berupa badan dagang, VOC istimewa karena didukung negara dan diberi fasilitas-fasilitas istimewa, seperti memiliki tentara dan menerbitkan mata uang sendiri.

Di Indonesia VOC memiliki sebutan populer kompeni. Mereka menerapkan politik pemukiman -kolonisasi- pada kerajaan-kerajaan di Jawa, Sumatera dan Maluku. Dengan latar belakang perdagangan inilah awal penjajahan bangsa Indonesia (Hindia Belanda) setelah pada abad ke 16 perdagangan rempah-rempah didominasi Portugis. VOC mendirikan markasnya di Batavia (sekarang Jakarta). Perusahaan ini hampir selalu konflik dengan Inggris. Kesultanan Palembang Darussalam di bawah kepemimpinan Sultan Mahmud Badaruddin II (1803-1819) berada di antaranya.

Dalam masa pemerintahannya, ia beberapa kali memimpin pertempuran melawan Britania dan Belanda, di antaranya yang disebut Perang Menteng. Pada 14 September 1811 terjadi peristiwa pembumihangusan dan pembantaian di loji Sungai Alur. Belanda menuduh Britania memprovokasi Palembang agar mengusir Belanda. Sebaliknya, Britania cuci tangan, bahkan langsung menuduh SMB II yang berinisiatif melakukannya. Britania mengirimkan armada perangnya di bawah pimpinan Gillespie dengan alasan menghukum SMB II. Dalam sebuah pertempuran singkat, Palembang berhasil dikuasai dan SMB II menyingkir ke Muara Rawas, jauh di hulu Sungai Musi. Pertempuran melawan Belanda yang dikenal sebagai Perang Menteng (dari kata Muntinghe) pecah pada tanggal 12 Juni 1819. Perang ini merupakan perang paling dahsyat pada waktu itu, di mana korban terbanyak ada pada pihak Belanda. Pertempuran berlanjut hingga keesokan hari, tetapi pertahanan Palembang tetap sulit ditembus, sampai akhirnya Muntinghe kembali ke Batavia tanpa membawa kemenangan. Belanda tidak menerima kenyataan itu. SMB II telah memperhitungkan akan ada serangan balik. Karena itu, ia menyiapkan sistem perbentengan yang tangguh. Di beberapa tempat di Sungai Musi, sebelum masuk Palembang, dibuat benteng-benteng pertahanan yang dikomandani keluarga sultan. Kelak, benteng-benteng ini sangat berperan dalam pertahanan Palembang. Pertempuran sungai dimulai pada tanggal 21 Oktober 1819 oleh Belanda dengan tembakan atas perintah Wolterbeek. Serangan ini disambut dengan tembakan-tembakan meriam dari tepi Musi. Pertempuran baru berlangsung satu hari, Wolterbeek menghentikan penyerangan dan akhirnya kembali ke Batavia pada 30 Oktober 1819. Bulan Juni 1821 bertepatan dengan bulan suci Ramadhan, hari Minggu 24 Juni, ketika rakyat Palembang sedang makan sahur, Belanda secara tiba-tiba menyerang Palembang.

Serangan dadakan ini tentu saja melumpuhkan Palembang karena mengira di hari Minggu orang Belanda tidak menyerang. Setelah melalui perlawanan yang hebat, tanggal 25 Juni 1821 Palembang jatuh ke tangan Belanda. Kemudian pada 1 Juli 1821 berkibarlah bendera rod, wit, en blau di bastion Kuto Besak, maka resmilah kolonialisme Hindia Belanda di Palembang. Tanggal 13 Juli 1821, menjelang tengah malam, SMB II beserta keluarganya menaiki kapal Dageraad dengan tujuan Batavia. Dari Batavia SMB II dan keluarganya diasingkan ke Pulau Ternate sampai akhir hayatnya 26 September 1852. (ahf/berbagaisumber)

Kamis, 03 September 2009

Mumi Guanajuato yang Memukau

Rabu, 2 September 2009 | 10:24 WIB
MEXICO CITY, KOMPAS.com — Sebanyak 36 mumi Guanajuato asal Meksiko yang termasyur itu akan menjalani pameran keliling dunia selama tiga tahun.

Dalam konferensi pers yang menandai diluncurkannya pameran itu di Mexico City, Senin (31/8), panitia memperkenalkan sejumlah mumi yang memukau. Di antaranya mumi anak kecil asal Meksiko bernama Daniel.

Mumi Guanajuato ditemukan pada 1865. Mayat-mayat yang secara alami menjadi mumi itu adalah para korban wabah penyakit kolera yang merebak pada 1833. Mumi Guanajuato menjadi tujuan wisata dan atraksi budaya penting di Meksiko Tengah.

Kamis, 27 Agustus 2009

Terbongkar Rencana Soviet Invasi ke Inggris


KOMPAS.com — Sebuah peta mengungkap rencana Soviet menggelar invasi ke Manchester. Peta yang dibuat 35 tahun lalu itu menunjukkan kota di Inggris sebagai target serangan sejumlah tank Soviet.

Uni Soviet mengindentifikasi kemungkinan tank T-72 Soviet menerobos Mancunian Way. Dalam peta itu juga, Soviet mewarnai target yang ditandai dengan kode di sekitar Manchester, termasuk lokasi nuklir dan penjara.

Chris Perkins, dosen geografi University of Manchester dan kurator ekshibisi tahunan Royal Geographical Society, mengungkap keberadaan peta tersebut. "Sungguh luar biasa keterangan rinci yang terdapat di dalam peta itu," katanya.

"Peta itu menunjukkan sejumlah jalan yang dikenal oleh sebagian besar warga Mancunian yang diyakini oleh Soviet dapat diterobos dengan tank, termasuk Washway Road, The Mancunian Way, dan Princess Road. Beberapa nama jalan bahkan dialihkan ke dalam bahasa Rusia, seperti Urmston, Salford, dan Stretford.

Pembuat peta ini menggunakan kumpulan data dari peta Ordance Survey, satelit, atlas jalan, dan aksi spionase selama 1974. Para pembuat itu juga menambahkan informasi rahasia, seperti penjara Strangeways dan lokasi riset nuklir Risley Moss.

Perkins menambahkan, militer Soviet mengumpulkan data peta tersebut dengan merekamnya dari udara, di antaranya dengan menggunakan pesawat intai dan pencitraan satelit. Data yang direkam dari udara itu untuk melengkapi informasi peta survei UK Ordnance dan petunjuk jalur perdagangan serta atlas yang telah dipublikasikan.

Peta ini sempat mendapatkan proteksi keamanan tingkat tinggi selama Perang Dingin. Namun, peta ini mulai dipublikasikan setelah runtuhnya Uni Soviet.

"Setelah dinyatakan tidak masuk klasifikasi dokumen khusus oleh Rusia, peta tersebut beredar di pasar internasional," kata Perkins. Peta ini diperagakan di konferensi tahunan Royal Geographical Society pekan ini dan selanjutnya disimpan di John Rylands Library hingga Januari tahun depan.

Minggu, 23 Agustus 2009

Ice Age 3: Meriah Meski Tak Pas dengan Sejarah


DI masa liburan sekolah, tak ada salahnya mengajak si kecil menikmati film di bioskop. Satu kisah yang banyak dinanti-nanti adalah sekuel terbaru dari Ice Age, yaitu Dawn of The Dinosaurs. Ice Age seri ketiga ini masih menampilkan karakter Manny mammoth (Ray Romano), Diego sang harimau bertaring panjang (Dennis Leary) dan kukang Sid (John Leguizamo).

Duet sutradara Carlos Saldanha dan Michael Thermeier juga memunculkan karakter dinosaurus di fabel tersebut. Kehadiran dinosaurus dalam fabel di masa es sempat menuai kontroversi di Amerika Serikat (AS) sana. Mengingat, dinosaurus darat dipercaya sudah punah menjelang abad es datang, 65 juta tahun lalu.

Berbeda dengan dua film pendahulunya, Dawn of The Dinosaurs hadir dalam teknologi tiga dimensi (3D). Penonton akan menyaksikan adegan yang lebih hidup, jika menyaksikan film ini dengan kacamata khusus.

Namun kritikus menilai, teknologi 3D sebenarnya tidak perlu. Karena gerak animasi Ice Age 3 halus. Nyaris tak ada bedanya dengan 3D.

Meski ide ceritanya kontroversi, namun Ice Age 3 mampu menyedot perhatian publik di AS. Di awal Juli ini, kisah Manny cs langsung menempati posisi jawara di box office pekan ini dengan perolehan senilai US$ 13,8 juta. Ice Age 3 mampu menggeser Transformer 2 yang mengantongi uang US$ 10,9 juta di pekan ini.

Kritikus film Roger Ebert menilai, Ice Age 3 lebih baik dibandingkan dengan dua prekuel sebelumnya. Tapi kebanyakan kritikus menilai, Ice Age dua seri pertama menampilkan lebih banyak pesan moral.

Film pertama, misalnya, membawa pesan soal pentingnya keluarga dan harmoni dengan alam. Sementara film kedua dipuji karena menggemakan isyu pemanasan global.

Namun banyak kritikus mengakui, Ice Age 3 lebih menghibur dibanding dua seri terdahulu.http://weekend.kontan.co.id/index.php/read/xml/resensi/2965/ice-age-3-meriah-meski-tak-pas-dengan-sejarah

Perang Berhenti, "Jurassic Park" Terungkap di Angola


Sabtu, 22 Agustus 2009 | 13:55 WIB

LUANDA, KOMPAS.com — Angola dikenal karena minyak dan berliannya. Namun, para pemburu dinosaurus meyakini bahwa negara itu menyimpan banyak fosil langka—beberapa bahkan menyembul dari permukaan tanah—dan menunggu untuk digali.

"Angola menyimpan museum di dalam tanahnya," ujar Louis Jacobs, peneliti fosil dari Southern Methodist University di Dallas, Texas. "Namun, peperangan telah menghalangi penelitian di sana. Kini setelah perang usai, tampak bahwa banyak sekali yang bisa ditemukan."

Adapun laporan pertama mengenai adanya fosil dinosaurus di Angola muncul tahun 1960-an. Namun, perang kemerdekaan melawan Portugis yang diikuti perang saudara selama tiga dekade telah membuat tanah negara itu dipenuhi ranjau. Akibatnya, para peneliti kesulitan melakukan penggalian.

Setelah perang usai tahun 2002, para peneliti baru bisa mengungkap masa lalu tanah itu. Temuan terbesar terjadi tahun 2005 saat Octavio Mateus dari New Lisbon University mendapati lima tulang dari kaki kiri depan seekor dinosaurus sauropoda di pesisir Iembe.

Sejak itu, banyak tengkorak dan tulang belulang binatang purba ditemukan. Mulai dari kura-kura, hiu, sampai plesiosaurus dan mosasaurus yang sebenarnya lebih dekat kekerabatannya dengan ular dibanding dinosaurus.

Salah satu mosasaurus yang ditemukan kemudian dinamai Angolasaurus.

Menurut Mateus, temuan-temuan itu baru permulaan saja. "Kami yakin ada banyak sekali fosil dinosaurus yang bisa ditemukan. Kami hanya butuh fasilitas untuk menggalinya."

"Angola memiliki harta karun berupa fosil yang luar biasa. Beberapa daerah merupakan lokasi fosil terbaik di dunia karena kami terus menemukan jenis hewan baru," lanjutnya.

Para peneliti berharap, fosil-fosil di Angola bisa membantu mereka dalam mempelajari bagaimana benua-benua bergeser. "Dari fosil, kita bisa mengetahui perpindahan hewan-hewan dan kapan mereka tidak lagi bisa menyeberangi benua-benua itu."

Senin, 17 Agustus 2009

"Tips Menghadapi Ulangan Sejarah"

Pernahkah kamu menghadapi tumpukan bab sejarah yang harus segara dibaca karena akan ulangan ? Padahal pada waktu itu kamu juga akan menghadapi ulangan-ulangan pelajaran lain? Pasti tak jarang membuat panik dan stres berat. Padahal untuk sukses dalam ulangan sejarah caranya cuma ada dua yaitu MEMBACA DAN MEMBACA !!!!!

Ada tips yang bisa kalian latih supaya kalian bisa memiliki kemampuan membaca yang lebih cepat. Tapi sebelumnya kalian harus tau dulu kebiasaan membaca yang salah dan bikin lama !

1. Membaca dengan bersuara (terlalu lama karena membaca secara detail)
2. Membaca dengan menunjuk tulisan (terlalu lama karena membaca secara detail)
3. Mata tidak tertuju pada tulisan
4. Mangulang bacaan yang sudah pernah dibaca

Tahukah kamu mata kita memiliki kemampuan merekam yang luar biasa? Selain melihat, mata kita secara otomatis akan merekam apa yang dilihatnya. Indra kita satu ini, lebih canggih dari pada handycamp manapun yang pernah di buat. Hard discnya (tempat menyimpan) sangat besar yaitu OTAK kita !!!!

Mengapa sering kali kita tidak bisa mengingat apa yang sudah kita baca? Hal disebabkan cara membaca kita adalah salah. Saat kita belajar membaca, kita biasa diajarkan untuk mengeja. Padahal dengan mengeja kita memperlampat proses penyerapan informasi dari tulisan tersebut.

Otak melalui mata kita juga memiliki daya analisa simbol yang cepat dan akurat (sperti liputan 6 SCTV aja ....). Sama halnya kalau kalian lagi jalan-jalan di Mall, pasti kalian langsung dapat membedakan dimana tempat toilet cowok dan cewek dengan melihat simbolnya. Cara kerja otak demikian ini bisa kita praktekan dalam membaca dengan melihat tulisan sebagai simbol dan bukaan ejaan yang menghabiskan waktu.

Solusinya adalah membaca tulisan itu sebagai simbol-simbol bukan sebuah ejaan. Contohnya, "BOLA" arti simbolnya adalah benda bulat yang biasa ditendang. Apabila kita mengeja BO - LA = BOLA maka kita akan berkonsentrasi pada huruf-huruf baru mengartikannya. Jadi mengeja kata atau kalimat memperlambat pemahaman terhadap tulisan.

Setelah memahami tulisan sebagai simbol. Langkah berikutnya adalah MENGHINDARI MEMBACA SECARA DETAIL dari sebuah kalimat atau paragrap. Lihat simbol-simbol yang memiliki arti penting saja. Kemudian hubungkan dan artikan simbol itu.
Secara sederhanya, membaca dengan cara melompat-lompat dengan hanya melihat simbol yang penting saja.

Untuk memahami isi bacaan secara menyeluruh diperlukan persiapan. Biasakan perhatikan terlebih dahulu JUDUL BACAAN, PEMBAGIANNYA (biasanya dalam bab atau poin), GAMBAR, BAGAN, HURUF TEBAL, MIRING, GARIS BAWAH, TANGGAL/TAHUN dan simbol-simbol lainya. kemudian bayangkan isi dari bacaan tersebut.

Setelah dapat membayangkan isi dari sebuah bacaan, langkah selanjutnya. yaitu perhatikan kalimat/paragraph cari simbol penting dalam dan kaitkan simbol tersebut. Mungkin pada awalnya agak sulit, kalian bisa latih dengan cari simbol pada kalimat dulu kemudian terjemahkan isi kalimat. Pada tahap selanjutnya kalian bisa latih dengan melihat paragrap, lihat simbol-simbol yang penting saja dan terjemahkan paragrap itu.

Untuk dapat melakukannya dengan sempurna di perlukan latihan yang terus menerus untuk membuat kebiasaan baru. SEMOGA BERMANFAAT dan MENINGKATKAN NILAI ULANGAN SEJARAH KALIAN DAN PELAJARAN LAINNYA. TETAP BERSEMANGAT !!!!!!

proklamasi

Pterosaurus adalah Penerbang Andal


Minggu, 9 Agustus 2009 | 12:58 WIB

RIO DE JANEIRO, KOMPAS.com — Sebuah fosil Pterosaurus—cikal bakal vertebrata penerbang pertama—yang ditemukan di China memiliki bentuk sayap yang unik dan rumit yang memungkinkan hewan purba ini terbang dan mengontrol penuh sayapnya seperti burung.

Temuan tim peneliti dari Brasil, Jerman, China, dan Inggris ini mendukung teori bahwa reptil penguasa langit yang pernah hidup 220 miliar tahun lalu itu bukan sekadar melayang, namun mampu terbang.

Menggunakan teknik pencahayaan sinar ultraviolet canggih, para peneliti berhasil melihat detail jaringan pada sayap fosil yang ditemukan di pedalaman Mongolia itu. Mereka kemudian mengambil kesimpulan bahwa hewan yang juga dikenal sebagai pterodactyl itu mampu mengendalikan sayapnya.

Alexander Kellner, paleontolog Museum Nasional Brasil di Rio De Janeiro, mengatakan, mereka menemukan rambut mirip otot yang berbeda dari hewan mana pun di tubuh dan bagian sayap makhluk ini. Jaringan tersebut diduga membantu pterosaurus mengendalikan suhu tubuhnya dan menunjukkan bahwa mereka berdarah panas.

"Rambut ini berbeda dari bulu-bulu yang kami temukan pada mamalia dan memberi petunjuk bahwa mereka mampu mengatur suhu tubuh mereka sendiri sehingga termasuk kategori hewan berdarah panas," papar Alexander.

"Ini penting untuk mengetahui bagaimana fungsi organ-organ pterosaurus," tambahnya.

Penelitian menggunakan sinar ultraviolet menunjukkan adanya beberapa lapisan otot yang berfungsi mengontrol bagian sayap. Diperkirakan otot itulah yang menjadikan pterosaurus terbang lebih stabil dan lebih mampu mengontrol sayap saat terbang dibanding hewan terbang lain.

Pterosaurus yang jenisnya beragam mulai dari penerbang ukuran kecil hingga sangat besar telah punah sekitar 65 juta tahun lalu bersama punahnya dinosaurus.

Selasa, 11 Agustus 2009

Puluhan Arca Zaman Megalitikum Raib


POSO, KOMPAS.com - Sedikitnya 60 dari sekitar 1.000 arca peninggalan zaman megalitikum di enam kecamatan di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, hilang. Pelaku diduga mencuri arca-arca itu saat konflik sosial melanda Poso tahun 1998-2006. Sebagian arca diduga berada di luar pulau, bahkan sudah ada yang dibeli kolektor asal Amerika Serikat dan Eropa.

Hal tersebut dikatakan Bupati Poso Piet Inkiriwang serta Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata Poso Hendrik Tauro. Keduanya mengatakan hal itu secara terpisah di sela-sela Festival Danau Poso XII yang berlangsung di Tentena, 8-11 Agustus 2009.

Hendrik Tauro mengatakan, berdasarkan data sementara, diperkirakan lebih dari 60 arca hilang. Data terakhir Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sebelum kerusuhan, jumlah arca berkisar 1.000 yang tersebar di desa-desa terpencil di Kecamatan Lore Utara, Lore Timur, Lore Selatan, Lore Barat, Lore Tengah, dan Lore Teore. Kecamatan-kecamatan tersebut berada di perbatasan Kabupaten Poso dan Donggala. Sebagian kecil lokasi arca atau situs sejarah ini berada di Taman Nasional Lore Lindu.

”Arca-arca ini baru kami ketahui hilang pada akhir 2008. Kami pernah mencoba melakukan investigasi dan diketahui sejumlah arca berada di Bali. Bahkan, dari informan di Bali kami memperoleh informasi bahwa sebuah arca dibeli seorang wisatawan asal Perancis dengan harga Rp 500 juta,” ujar Hendrik.

Menurut Hendrik, arca-arca yang tersebar di enam kecamatan di Poso adalah peninggalan zaman megalitikum atau zaman batu. Bentuk arca umumnya manusia, lesung, peralatan bertani, pemujaan, penguburan, hingga peralatan rumah tangga.

Dalam sejumlah penelitian, keberadaan arca ini dipercaya sebagai salah satu bukti keberadaan manusia pertama yang bermukim di Sulawesi Tengah, khususnya di Lembah Lore. Umunnya arca-arca ini berada dekat permukiman penduduk. Selain arca yang ada saat ini, diperkirakan masih banyak arca lain dengan berbagai bentuk dan bahan yang masih tertimbun di dalam tanah.

”Penyelidikan soal hilangnya arca ini masih terus dilakukan. Di sisi lain, kami terus memantau agar arca yang masih ada tidak hilang,” ungkap Hendrik Tauro.

Senin, 10 Agustus 2009

valkyrie

apa yang bisa kita pelajari dari film "Valkyrie"


Film ini bercerita tentang seorang kolonel Nazi bernama Stauffenberg (diperankan oleh Tom Cruise) yang tidak sepaham dengan faham Nazi yang diusung oleh Hitler. Dia menjadi tentara karena ingin berbakti pada negaranya. Stauffenberg berasal dari keluarga kaya di Jerman namun karena sifat nasionalismenya dia bergabung dengan militer negaranya dalam PD 2.
Film dibuka dengan adegan serangan sekutu terhadap camp Jerman di Afrika Utara, yang mengakibatkan cacatnya mata dan tangan kanan Stauffenberg yang harus diamputasi. Pulang ke Jerman Stauffenberg bergabung dengan koalisi militer dan sipil Jerman yang tidak sepaham dengan ideologi Nazi yang diusung oleh Hitler. Beberapa kali koalisi ini merencanakan pembunuhan terhadap Hitler namun selalu gagal. Hingga suatu saat Stauffenberg berhasil mendapatkan undangan rapat dengan Hitler pada saat Hitler akan bertemu dengan Mussolini. Stauffenberg menawarkan dirinya yang akan melakukan pengeboman langsung di bunker militer tempat pertemuan tersebut.
Rencana yang telah disusun mulanya berjalan mulus. Bom berhasil meledak namun kendala komunikasi yang merupakan bagian dari rencana pembunuhan tersebut menjadi plot penting dari hasil akhir “kudeta” ini. Apakah Hitler terbunuh pada pengeboman tanggal 20 juli tersebut? Tonton sendiri filmnya. Yang jelas sejarah mencatat bahwa Hitler mati karena bunuh diri.
Valkyrie sendiri adalah nama dari sebuah operasi yang menggerakkan tentara cadangan Jerman jika terjadi kekosongan kepemimpinan di Jerman pada saat PD 2. Stauffenberg memanipulasi operasi Valkyrie ini dengan “memfitnah” pasukan SS (semacam agen rahasianya Nazi) yang akan melakukan kudeta saat Hitler dikabarkan “mati”.
Yang juga menarik dari film ini adalah memberikan satu lagi contoh buat saya betapa tipis beda antara predikat “sang pengkhianat” dengan “sang pahlawan” dalam diri seseorang. Betapa sebutan pengkhianat atau pahlawan tersebut akan layak dan sah jika diberikan oleh pihak yang menang.
Stauffenberg sebagai seorang militer yang menentang Panglima Tertinggi militernya sekaligus kepala negaranya pada saat itu akan sangat mudah di cap sebagai seorang pengkhianat sehingga langsung dieksekusi mati. Namun sekarang oleh pemerintah Jerman Stauffenberg dinobatkan sebagai salah satu pahlawan perlawanan Jerman atas Nazi yang notabene adalah doktrin “resmi” Jerman sendiri pada waktu itu.
Saya membayangkan jika ada militer di Indonesia yang secara hati nurani kemanusiaannya merasa tidak sesuai dengan perintah atasannya (misalnya: pembumihangusan Timor Leste, Opsus Papua, Operasi GAM) kemudian tidak mau melaksanakan perintah tersebut, sebutan apakah yang pantas diberikan kepadanya? Saya tidak bicara dalam konsep penegakan ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tapi bicara bagaimana cara melaksanakan operasi tersebut yang disinyalir terjadi pelanggaran HAM dan jatuhnya korban di pihak rakyat sipil.

Jumat, 07 Agustus 2009

Harta Karun "Indiana Jones" Terungkap di Gurun Gobi


Selasa, 4 Agustus 2009 | 11:06 WIB

ULAN BATOR, KOMPAS.com — Menggali harta karun terpendam di Gurun Gobi terdengar seperti adegan pembuka dari film Indiana Jones. Tapi tidak bagi Michael Eisenriegler, pria kelahiran Austria, karena baginya itu adalah petualangan hidup yang nyata.

Arkeologis amatir berusia 40 tahun ini berada di Gobi selama akhir minggu, membantu untuk menggali relik-relik Buddha yang telah terkubur selama lebih dari tujuh dekade di daerah terpencil Mongolia. Kurang dari satu jam, penggalian ini telah menemukan dua peti yang berisi harta karun yang tak ternilai, termasuk manuskrip langka, patung Buddha, dan pakaian.

Relik-relik ini dulu merupakan bagian kecil dari karya seni yang ada di kuil Khamaryn, 450 km di tenggara ibu kota Mongol, Ulan Bator. Kuil tersebut dijarah dan dihancurkan atas perintah dari pemerintah komunis pada tahun 1937, tetapi sebelumnya seorang biarawan bernama Tuduv berhasil menyembunyikan sebagian besar barang-barang suci tersebut.

Awalnya, sekitar 1.500 peti harta tersimpan di kuil. Tuduv berhasil menguburkan 64 peti. Sisanya telah dihancurkan. Setelah menyembunyikan peti-peti itu, Tuduv melarikan diri dari pembantaian dan menjadi pengelana.

Selama beberapa dekade dia mengawasi peti-peti tersebut sambil mempersiapkan cucunya untuk mengambil tanggung jawab mengurus harta itu. Tuduv menyimpan rahasia ini selama beberapa dekade sampai akhirnya mengungkapkan kisah ini kepada cucunya, Zundoi Altangerel.

Ketika kebebasan beragama mulai diizinkan seiring berakhirnya komunisme pada tahun 1990, Altangerel menggali sepertiga dari peti-peti tersebut dan menaruhnya dalam museum baru. Eisenriegler mengunjungi museum tersebut pada tahun 2008, berjumpa Altangerel, dan mengetahui bahwa masih banyak peti yang terkubur di Gurun Gobi.

Museum itu tampaknya tidak cukup aman untuk menyimpan semua artefak yang ada sehingga Altangerel membiarkan sekitar 20 peti terkubur di gurun. Kakeknya telah membuat dia mengingat persis lokasi dari semua peti.

Eisenriegler meyakinkan para sejarawan untuk menggali peti-peti yang masih terkubur. Itu dilakukan pada Sabtu (1/8) bersama dengan tim gabungan para ahli dari Mongol dan Austria untuk memeriksa barang-barang yang berhasil mereka temukan.

"Kakek moyang saya melindungi peti-peti ini selama bertahun-tahun. Sekarang tugas saya untuk melindungi peti-peti ini," tegas Altangerel seusai penggalian. "Kami berencana untuk menggali peti-peti yang tersisa di masa mendatang."

Usaha ini difilmkan dan disiarkan secara langsung di internet. Pengguna web yang masuk ke situs tersebut, www.gobi-treasure.com, didorong untuk mendonasikan uang, yang akan diberikan kepada Altangerel untuk memperbaiki museumnya. Pengunjung situs dapat menyaksikan usaha penggalian yang berlangsung selama 45 menit, pengangkatan peti-peti dari dalam tanah, dan melihat isinya.

Peti-peti itu berisi artefak berharga termasuk patung perunggu, kitab suci atau sutra dan harta lainnya. Altangerel dengan hati-hati mendata barang-barang dalam peti dan menjelaskan makna masing-masing benda. Banyak yang merupakan alat musik, kemungkinan digunakan dalam upacara Buddha di kuil. Dia menunjukkan sebuah drum kecil yang menurutnya adalah sebuah mainan anak-anak.

Peti-peti itu juga berisi manuskrip-manuskrip. Sejarawan tertarik untuk mempelajari teks-teks tersebut, berharap mendapatkan petunjuk mengenai kehidupan sehari-hari di Khamaryn Khiid. Teks ini juga diharapkan bisa membantu sejarawan lebih mengerti tentang pendiri dari kuil, Danzan Ravjaa, yang hidup dari tahun 1803 sampai 1856.

Danzan Ravjaa

"Kami melakukan ini sebagai cara untuk memperkenalkan Danzan Ravjaa kepada Barat," jelas Eisenriegler. "Dia pantas untuk dipelajari dan dikenal di Barat. Kami juga ingin bangsa Mongol untuk lebih mengenal sejarah mereka dan Danzan Ravjaa adalah bagian penting dari itu."

Danzaan Ravjaa paling dikenal sebagai penulis opera pertama Mongol, Saran Khokhoo, atau "Moon Cockoo." Dia mementaskan opera ini di berbagai kuil di sekitar gurun Gobi, mengumpulkan uang untuk membangun proyek di kuilnya.

Biarawan legendaris ini menulis ratusan puisi, menggelar opera pertama Mongol, dan mendirikan sekolah serta museum. Legenda mengenai tindakan-tindakan ajaibnya masih dibicarakan di antara pengembara Gobi.

Ketika Danzan Ravjaa meninggal, tubuhnya dimumikan dan ditempatkan di dalam White Temple Khamaryn Khiid. Di sekitar jenazahnya, diletakkan tumpukan peti harta karun. Relik-relik itu tersimpan di sana sampai tahun 1930-an ketika pasukan Mongol menutup kuil tersebut dan menangkap sebagian besar biarawan, menuduh mereka sebagai aktivis kontrarevolusi.

Bahtera Nabi Nuh ditemukan di Turki


Bahtera (kapal) Nuh telah lama menjadi kontroversi di dunia arkeologi. Sisa-sisa bahtera tersebut ditemukan pertama kali oleh seorang Kapten angkatan darat dari militer Turki. Ia menemukannya secara tidak sengaja pada waktu meneliti foto-foto wilayah pegunungan Ararat. Kemudian untuk mengkonfirmasi temuan tersebut, diundanglah ahli-ahli arkeologi dari Amerika Serikat untuk meneliti keabsahannya.

Pada ekspedisi ilmiah yang kemudian dilakukan pada ketinggian 7000 kaki, sekitar 20 mil sebelah selatan puncak gunung Ararat, mereka menemukan sebuah kapal sepanjang kira-kira 500 kaki yang telah membatu. Pengukuran yang kemudian dilakukan pada obyek tersebut menghasilkan suatu kesimpulan yang mencengangkan, karena ukuran panjang, lebar dan tinggi penemuan arkelogi tersebut sama persis dengan ukuran bahtera Nuh seperti yang tercantum di Alkitab. Saat ini, lokasi penemuan bahtera tersebut telah menjadi obyek wisata yang dapat dikunjungi semua orang.

Kerangka Manusia Berusia 8.000 Tahun Ditemukan di Turki

Senin, 3 Agustus 2009 | 09:47 WIB

ANKARA, KOMPAS.com — Kerangka yang berusia 8.000 tahun ditemukan selama penggalian di salah satu daerah permukiman tertua di Turki selatan. Demikian laporan kantor berita setengah resmi Anatolia, Minggu (2/8) waktu setempat.

Kerangka tersebut ditemukan di dalam kuburan zaman neolitik yang dibongkar di Yumuktepe Hoyuk di provinsi Mersin di bagian selatan negeri itu oleh beberapa ahli arkeologi dari Lecce University, Italia, dan Mimar Sinan Fine Arts University, Turki. Temuan lain selain kerangka tersebut adalah tiga mangkuk, biji gandum, dan bibit zaitun.

"Vas, mangkuk, dan produk makanan seringkali ditaruh di dalam kuburan pada masa akhir neolitik. Ini memperlihatkan bahwa orang yang hidup pada era itu percaya pada kehidupan setelah kematian," kata Profesor Isabella Caneva dari Lecce University, Italia.

Penggalian secara sistematis di Yumuktepe Hoyuk pertama kali dilakukan pada 1936 di bawah pengawasan ahli arkeologi Inggris, John Garstang. Sejak 1993, penggalian telah dilakukan oleh satu tim yang dipimpin oleh Caneva.

Fosil Bayi Mammoth Mengandung Susu dan Feses

Penemuan fosil bayi mammoth yang nyaris utuh di bawah lapisan es dekat Kutub Utara masih menyisakan kejutan baru. Analisis terakhir yang dilakukan menemukan residu susu dan feses di dalam ususnya.

Baik susu maupun feses tersebut mungkin berasal dari induk bayi mammoth yang diberi nama Lyuba oleh para ilmuwan itu. Feses mungkin diberikan induknya agar bayi mammoth memperoleh bakteri baik yang berguna dalam sistem pencernaannya. Kebiasaan ini umum dilakukan anakan hewan pemakan tumbuh-tumbuhan saat ini.

Selain susu dan feses, para ilmuwan yang menelitinya juga memastikan bahwa tumpukan lemak yang tebal ditemukan di belakang leher Lyuba. Pada hewan-hewan mamalia tertentu, punuk berlemak bermanfaat menghasilkan panas tubuh yang dibutuhkan selama beberapa bulan sejak kelahiran.

"Residu susu yang ditemukan pada analisis terakhir, ditambah punuk yang berlemak di belakang lehernya, mengindikasikan bahwa bayi mammoth ini sehat dan mendapat asupan makanan cukup," ujar Daniel Fisher, salah satu ilmuwan dari Universitas Michigan yang menelitinya.

Menurutnya, Lyuba merupakan fosil pertama yang mati dalam kondisi utuh dan sehat. Sebelumnya, para ilmuwan menemukan sejumlah fosil mammoth, tetapi tidak lengkap atau diperkirakan mati karena kelaparan.

Penemuan tersebut akan membantu para ilmuwan mempelajari lebih lanjut makanan dan perilaku mammoth. Analisis tambahan terhadap gigi dan bagian tubuh lainnya juga akan mengungkap penyebab punahnya mammoth sekitar 10.000 tahun lalu.

Lyuba diperkirakan mati 40.000 tahun lalu karena terperosok lumpur di dekat sungai. Fosilnya ditemukan dua tahun lalu di Siberia, Rusia.

Kamis, 06 Agustus 2009

Binatang Purba Kanada Punah karena Komet


enin, 27 Juli 2009 | 08:32 WIB

KOMPAS.com — Batuan ruang angkasa yang menabrak lapisan es di timur Kanada sekitar 12.900 tahun lalu diperkirakan membantu proses punahnya binatang raksasa, seperti mammoth yang berbulu tebal, dan kemungkinan juga manusia penghuni pertama benua tersebut, yaitu orang Clovis. Orang Clovis adalah manusia pada zaman batu yang berimigrasi ke kawasan utara.

Kepunahan makhluk raksasa itu, menurut para ilmuwan, disebabkan tiga faktor, yaitu perburuan besar-besaran oleh manusia, perubahan iklim, dan hantaman meteor.

Bukti baru tentang meteor tersebut muncul seiring penemuan berlian berukuran nano (10-12) di kedalaman 4 meter di Arlington Canyon di Pulau Santa Rosa.

Menurut peneliti Allen West dari GeoScience Consulting di Arizona, Amerika Serikat, ketiga alasan tersebut telah menciptakan sebuah ”badai yang sempurna” bagi kepunahan makhluk-makhluk purba tersebut. (ISW)

History Hollic Club Live Chat