rss

history hollic club

About Me

Foto saya
Menyelesaikan pendidikannya di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Malang. Saat ini mengajar di SMPK Kolese Santo Yusup 1 Malang sebagai guru sejarah. Di samping mengajar juga aktif dalam kegiatan photograpy.

Minggu, 25 Oktober 2009

KERAJAAN MATARAM KUNO

Kerajaan Mataram Kuno (abad ke-8) adalah kerajaan Hindu di Jawa (Jawa Tengah dan Jawa Timur). Berdasarkan catatan yang terdapat pada prasassti yang ditemukan, Kerajaan Mataram Kuno bermula sejak pemerintahan Raja Sanjaya yang bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Ia memerintah Kerajaan Mataram Kuno hingga 732M.


Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berdiri sejak awal abad ke-8. Pada awal berdirinya, kerjaan ini berpusat di Jawa Tengah. Akan tetapi, pada abad ke-10 pusat Kerajaan Mataram Kuno pindah ke Jawa Timur. Kerajaan Mataram Kuno mempunyai dua latar belakang keagamaan yang berbedaa, yakni agama Hindu dan Buddha.



Atas : Komplek Candi Dieng di Wonosobo, Jawa Tengah, merupakan peninggalan candi Hindu pada masa Kerajaan Mataram Kuno.


Peninggalan bangunan suci dari keduanya antara lain ialah Candi Geding Songo, kompleks Candi Dieng, dan kompleks Candi Prambanan yang berlatar belakang Hindu. Adapun yang berlatar belakang agama Buddha antara lain ialah Candi Kalasan, Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Sewu, dan Candi Plaosan.



Kerajaan Mataram di Jawa Tengah



Kerajaan Mataram Kuno yang berpusat di Jawa Tengah terdiri dari dua wangsa (keluarga), yaitu wangsa Sanjaya dan Sailendraa. Pendiri wangsa Sanjaya adalah Raja Sanjaya. Ia menggantikan raja sebelumnya, yakni Raja Sanna. Konon, Raja Sanjaya telah menyelamatkan Kerajaan Mataram Kuno dari kehancuran setelah Raja Sanna wafat.



Setelah Raha Sanjaya wafat, kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno dipegang oleh Dapunta Sailendra, pendiri wangsa Sailendra. Para raja keturunan wangsa Sanjaya seperti Sri Maharaja Rakai Panangkaran, Sri Maharaja Rakai Panunggalan, Sri Maharaja Rakai Warak, dan Sri Maharaja Rakai Garung merupakan raja bawahan dari wangsa Sailendra. Oleh Karena adanya perlawanan yang dilakukan oleh keturunan Raja Sanjaya, Samaratungga (raja wangsa Sailendra) menyerahkan anak perempuannya, Pramodawarddhani, untuk dikawinkan dengan anak Rakai Patapan, yaitu Rakai Pikatan (wangsa Sanjaya).




Atas: Candi Plaosan di Klaten, Jawa Tengah, salah satu peninggalan Kerajaan Mataram Kuno yang berlatar agama Buddha.




Rakai Pikatan kemudian menduduki takhta Kerajaan Mataram Kuno. Melihat keadaan ini, adik Pramodawarddhani, yaitu Balaputeradewa, mengadakan perlawanan namun kalah dalam peperangan. Balaputeradewa kemudian melarikan diri ke P. SUmatra dan menjadi raja Sriwijaya.

Pada masa Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Dharmodaya Mahasambu berkuasa, terjadi perebutan kekuasaan di antara para pangeran Kerajaan Mataram Kuno. Ketika Sri Maharaja Rakai Sumba Dyah Wawa berkuasa, kerajaan ini berakhir dengan tiba-tiba. Diduga kehancuran kerajaan ini akibat bencana alam karena letusan G. Merapi, Magelang, Jawa Tengah.



Kerajaan Mataram di Jawa Timur



Setelah terjadinya bencana alam yang dianggap sebagai peristiwa pralaya, maka sesuai dengan landasan kosmologis harus dibangun kerajaan baru dengan wangsa yang baru pula. Pada abad ke-10, cucu Sri Maharaja Daksa, Mpu Sindok, membangun kembali kerajaan ini di Watugaluh (wilayah antara G. Semeru dan G. Wilis), Jawa Timur. Mpu Sindok naik takhta kerajaan pada 929 dan berkuasa hingga 948. Kerajaan yang didirikan Mpu SIndok ini tetap bernama Mataram. Dengan demikian Mpu Sindok dianggap sebagai cikal bakal wangsa baru, yaitu wangsa Isana. Perpindahan kerajaan ke Jawa Timur tidak disertai dengan penaklukan karena sejak masa Dyah Balitung, kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno telah meluass hingga ke Jawa Timur. Setelah masa pemerintahan Mpu Sindok terdapat masa gelap sampai masa pemerintahan Dharmawangsa Airlangga (1020). Sampai pada masa ini Kerajaan Mataram Kuno masih menjadi saatu kerajaan yang utuh. Akan tetapi, untuk menghindari perang saudara, Airlangga membagi kerajaan menjadi dua, yaitu Kerajaan Pangjalu dan Janggala.

Atas : Arca Raja Airlangga, raja terakhir Kerajaan Mataram Kuno Jawa Timur, di Candi Belahan. Arca ini kini disimpan di Museum Trowulan.

TAHUKAH KAMU


Bencana alam karena letusan G. Merapi yang mengakibatkan berakhirnya Kerajaan Mataram Kuno dianggap sebagai paralaya atau kehancuran dunia.

Kamis, 15 Oktober 2009

PEMBATAS BUKU HISTORYHOLLIC 3

down load here

PEMBATAS BUKU HISTORYHOLLIC 2

down load here

PEMBATAS BUKU HISTORYHOLLIC 1

DOWN LOAD HERE

Ditemukan, Fondasi Peninggalan Kerajaan Kanjuruhan di Malang

Kamis, 15 Oktober 2009

17:40 WIB

Laporan wartawan KOMPAS Dahlia Irawati
MALANG, KOMPAS.com — Struktur fondasi bangunan terbuat dari bata kuno dan serpihan gerabah ditemukan oleh pengembang perumahan baru di Jalan Tata Surya Dinoyo, Kota Malang. Hasil penelitian sementara, gerabah dan struktur bata kuno tersebut diduga sebagai peninggalan Kerajaan Kanjuruhan.

Temuan tersebut sudah terjadi sejak tiga bulan lalu saat pengembang perumahan Planet Regency tersebut mulai membuka lahan di 30 meter tepi selatan Sungai Brantas. Bata-bata kuno berukuran 22 x 12 x 9 cm ditemukan masih tersusun atau intake membentuk semacam fondasi. Di bawahnya juga terdapat bebatuan yang tersusun rapi layaknya sebuah penguat fondasi bangunan.
"Sementara ini dari hasil penelitian awal, ditemukan serpihan gerabah dan bata-bata kuno. Dari susunan bata yang masih intake ini, dimungkinkan, struktur ini adalah fondasi bangunan elite era Kerajaan Kanjuruhan. Sebab, pada zaman itu rumah orang biasa biasanya tidak memakai lantai," ujar arkeolog Universitas Negeri Malang (UM), Dwi Cahyono, Kamis (15/10), saat meninjau lokasi temuan.

Dugaan struktur bangunan tersebut merupakan bagian dari permukiman elite era Kerajaan Kanjuruhan sebab, dari sejarahnya, daerah Dinoyo dan Tlogomas (dua daerah ini berbatasan) merupakan permukiman masa prasejarah (sebelum Masehi).

Sesuai prasasti Kanjuruhan atau Prasasti Dinoyo 1 yang ditemukan di daerah Karangbesuki Kota Malang (sekitar Candi Badut), menurut Cahyono, disebutkan bahwa abad ke-8 Masehi di tepi Sungai Metro berdiri Kerajaan Kanjuruhan. Namun kemudian, pada abad ke-9, seusai ekspansi Mataram Kuno (dari Jawa Tengah) ke Jawa Timur, ada dugaan bahwa pusat Kanjuruhan ini pun bergeser ke utara ke arah Dinoyo dan Tlogomas, mendekati Sungai Brantas. Kanjuruhan saat itu sudah berubah menjadi kerajaan bawahan Mataram.

"Sejarah itu menjelaskan mengenai peran penting Dinoyo dan Tlogomas. Ditambah lagi, pada tahun 1980-an di sekitar STAIN Dinoyo ditemukan prasasti Dinoyo II, ditemukan umpak-umpak besar yang kini masih ada di Universitas Gajayana. Di sebelah kanan pom bensin Dinoyo juga ditemukan arung (saluran drainase) dan sebagainya. Ini menjelaskan bahwa peran daerah Tlogomas-Dinoyo cukup penting dalam sejarahnya," ujar Cahyono.

Dengan temuan tersebut, Cahyono berharap, pemerintah daerah minimal responsif untuk setidaknya meneliti (sendiri atau melibatkan BP3 Trowulan) struktur bersejarah tersebut.